Sidang perkara korupsi pengadaan laboratorium madrasah tsanawiyah dan
penggandaan Al-Quran kembali digelar Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,
Kamis (7/3). Terungkap, "Utusan Senayan" menekan Ketua Unit Layanan
Pengadaan Kementerian Agama dengan menggunakan nama Menteri Agama.
Hal itu terungkap dalam sidang dengan terdakwa anggota Dewan
Perwakilan Rayat RI, Zulkarnaen Djabar, dan putranya Dendy Prasterya
ZP. Sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Afiantara menghadirkan
saksi Muhammad Zen, Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kemenag yang waktu itu menjadi Ketua Unit Layanan
Pengadaan proyek APBN-P 2011 untuk laboratorium komputer MTS 2011.
Begitu ditanya jaksa penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi,
KMS A Roni, tentang kaitannya dengan para terdakwa, Muhammad Zen
bercerita peristiwa tanggal 16 November 2011. "Apa yang terjadi waktu
itu?" tanya Roni.
"Malam-malam kami kedatanan tamu ke kantor saya, sekitar 5-6 orang,
diantara mereka Fahd el Fouz dan Syamsu Rahman. Mereka memaksa agar
pemenang lelang segera diumumkan," kata Zen. Tamu tersebut merupakan
"Utusan Senayan", dalam hal ini DPR atau Zulkarnaen Djabar. Di ruangan
itu, Zen ditemani Pejabat Pembuat Komitmen Undang Sumantri.
"Di pertemuan itu, Fahd seolah-olah menelepon seseorang. Sepertinya
dia mengatakan 'Halo Pak Menteri, saya di ruang Bapak ini'," kata Zen.
Telepon yang seolah-olah ke menteri itu ia tangkap sebagai tekanan
agar segera mengumumkan pemenang lelang untuk perusahaan yang
diusulkan "Utusan Senayan".
Padahal, ULP belum menyelesaikan analisis terakhir secara detail
sehingga memang belum waktunya. Setelah seolah-olah menelepon menteri,
Fahd kemudian banyak bicara yang intinya agar paket lelang segera
diumumkan.
Untuk perusahaan yang harus dimenangkan dalam proyek pengadaan
laboratorium komputer MTS senilai Rp 38 miliar, Syamsu membawa nama PT
Batu Karya Mas, yang akhirnya menjadi pemenang. Keesokan harinya,
karena tekanan itu, ULP kemudian mengumumkan pemenangnya.
Padahal, dokumen penawaran PT BKM tidak memenuhi syarat yaitu tidak
mencantumkan spesifikasi komputer secara detail. Perusahaan yang
dicalonkan menang adalah PT Harvest.
Peristiwa malam itu membuat Zen berselisih dengan koleganya yaitu
Bagus Natanegara, Kepala Seksi Perlengkapan Bagian Umum Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam. Bagus menyebut orang-orang yang datang
malam itu dengan kode "anak-anak jin". Karena itu, kalau sayang anak
istri dan sayang keluarga, maka ikuti saja skenario.
"Skenario apa?" tanya jaksa Roni. Zen menjawab, paket-paket atau
proyek tersebut sudah dikawal dan ada pemiliknya serta sudah
ditentukan pemenangnya. "Bagus bilang, laksanakan semua nanti akan
saya backup. Bagus itu Kepala Subbagian, bukan atasan saya namun dia
lebih senior," kata Zen.
Akibat tekanan itu, ditambah diamnya Pejabat Pembuat Komitmen,
diterjemahkan Zen sebagai persetujuan terhadap tekanan malam itu.
"Malam itu juga, dokumen disiapkan dan saya tanda tangan untuk
diumumkan besok," kata Zen.
Fahd juga marah-marah, jika tidak segera diumumkan maka dia mengancam
akan memindahkan dirinya dan staf lain ke Papua. "Fahd bilang
pengajian harus segera diumumkan agar jalan tidak segera becek.
Pengajian itu lelang, becek itu mungkin biar tak terlalu bermasalah,"
kata Zen. (AMR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar