Viewtiful My Indonesia
Kamis, 19 Desember 2013
ApacheBooster, mudah diinstall dan performa server meningkat
Upgrade MySQL dari 5.0 langsung ke 5.5
Senin, 27 Mei 2013
Garap Komunitas, Indosat Luncurkan "icity"
Inilah Para Pemenang Kompetisi BBIC
![]() |
Rizki Ario menunjukkan aplikasi Electricity Usage Intelligent System yang meraih juara 1 kompetisi BBIC dalam kategori Business Plan di Bandung, 24 Mei 2013. Foto: Dok BBIC |
BlackBerry Innovation Center (BBIC) dalam siaran persnya hari ini mengumumkan para pemenang Kompetisi BBIC yang digelar oleh BBIC kerjasama Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) Institut Teknologi Bandung (ITB). Para pemenang ternyata tak hanya jago di teknologi idealis, namun sudah membumi untuk memecahkan persoalan sehari-hari.
Kompetisi terbagi menjadi dua yaitu ICT Business Plan Technopreneurship Competition dan National Innovation Competition on Smart Mobile Ecosystem. Para pemenang dari kedua kompetisi menerima total hadiah senilai USD 115.000.
“Kami sangat bangga berada di sini dan mendukung generasi muda Indonesia yang berbakat di setiap langkah mereka. Visi kami adalah mendukung percepatan pertumbuhan dari industri aplikasi mobile sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan baru di industri aplikasi mobile di Indonesia.,” demikian dikatakan Maspiyono Handoyo, Managing Director BlackBerry Indonesia.
Pemenang pertama kompetisi ICT Business Plan Technopreneurship Competition akan memperoleh hadiah sebesar Rp 50 juta. Para pemenangnya adalah:
EUIS (Electricity Usage Intelligent System)
Pasbaru.com (e-commerce khusus Pasar Baru Bandung)
buSpot (Mobile Application khusus Trans Jakarta)
Smart Ranch (Game Edukasi
Electronsole (Home automation system)
Untuk National Innovation Competition on Smart Mobile Ecosystem, sepuluh pemenang kompetisi ini masing-masing akan mendapat hadiah sebesar USD 10.000. Para pemenangnya adalah:
Fluid RMX: Real Time Simulation Framework for Mobile Interactive Application -Dody Dharma, Sakina Fathiana dari Institut Teknologi Bandung
Aplikasi Cerdas Identifikasi Kebutuhan Nitrogen Padi melalui Citra Daun
-Muhamamad Baidowi, Hendrik, Irma Lasmiana, Wildam Novebiyatno, Tri Budiarto dari Institut Pertanian Bogor
Integrasi Aliran Informasi dalam Implementasi Aplikasi Perangkat Bergerak “MEETME”
- Arcan Taurus Rendy Yudha, Demas Haryo Bismantoko, Tridoyo, -Nabil Putra Adam dari Universitas Diponegoro.
Desain dan Implementasi Sistem Penyediaan Konten Mobile untuk Proses Blended Learning
-Tri Apriyanto Sundara, Lathifah Arief dari Universitas Putera Indonesia-YPTK
Smart Building pada Existing Building
- Mirza Adipradhana dari Institut Teknologi Bandung
Optimal Path Finding based on Traffic Information from Twitter
- Muhammad Hasby, Masayu Leylia Khodra dari Institut Teknologi Bandung
Pengembangan Augmented Reality Sebagai Visualisasi Dalam Pembelajaran Candi-Candi di Buku Mata Pelajaran Sejarah
- Yahya Nursidik dari Institut Teknologi Bandung
Smart Laboratory
- Hendra Jaya, Muh. Arafah, Sapto Haryoko dari Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) AKBA
Mobile eCRM with Social Media Integration: Dashboard for Executives and Manager
- Ventje Jeremias Lewi Engel, Tezza Lantika Riyanto, Dhani Eka Saputra dari Institut Teknologi Bandung
Sistem Registrasi, Reservasi dan Antrian pada praktek dokter di rumah sakit
- Indra Kharisma Raharjana dari Universitas Airlangga. (EMI)
Rakyat Gantian Ancam "Interpelasi" DPRD DKI
Ancaman dari DPRD DKI Jakarta yang akan memakzulkan Gubernur DKI Joko Widodo barulah isu, namaun netizen di media sosial terutama di change.org sudah bertindak lebih dulu. Mereka ramai-ramai menandatangani petisi online yang berisi dukungan kepada Jokowi dan sekaligus hujatan kepad DPRD DKI Jakarta.
Dukungan warga Jokowi terkait program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diangap dipolitisi anggota DPRD. Petisi yang baru dibuat di http://www.change.org/supportJokowi ini pada Senin (27/5/2013) malam telah ditandatangani sedikitnya 3.000 orang dari target hanya 1.966.
Petisi digalang warga Jakarta bernama Masinton Pasaribu yang menuntut Ketua dan anggota DPRD penggagas interpelasi untuk mencabut rencana pemakzulan Jokowi. Petisi juga digalang oleh Landry Arieffianto yang bahkan menuntut DPRD dibubarkan.
Mereka menyayangkan tindakan anggota DPRD yang berupaya menggagalkan kebijakan pro rakyat yang dilaksanakan gubernur Jokowi. Apalagi hak interpelasi tersebut ditujukan untuk memakzulkan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“Sebagai wakil rakyat seharusnya yang dilakukan DPRD DKI Jakarta adalah mendorong terlaksananya program prorakyat yang diamanatkan UUD. Masyarakat selama ini merindukan adanya pemerintahan yang berpihak pada kepentingan rakyat, melayani dan melindungi hak rakyatnya. Saya dengan tegas menolak pemecatan terhadap Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta yang sah berdasarkan pilihan langsung oleh rakyat” kata Masinton.
Campaign Director Change.org Indonesia, Usman Hamid, mengatakan tuntutan petisi Masinton dan Landry muncul secara organik segera setelah kabar rencana pemakzulan Jokowi mencuat. "Dibandingkan petisi-petisi lain yang biasanya mendesak pejabat pemerintah, petisi ini unik karena justru menyatakan dukungan kepada pejabat pemerintah seperti Jokowi," kata Usman. (EMI)
Penerbangan: Lajang dan Cakep Berpeluang Dapat Layanan Ekstra
Jika Anda sering bepergian, pasti pernah tiba-tiba mendapat "durian runtuh" dengan diminta pindah dari kursi kelas ekonomi ke kursi kelas bisnis. Sebagian mengalaminya karena kesalahan teknis pembagian kursi, namun ternyata ada juga pemilihan itu didasasari pada preferensi tertentu dari awak kabin.
Skyscanner mengungkapkan dengan gamblang bagaimana cara awak kabin pesawat memilih penumpang dalam memberikan layanan ekstra atau upgrade layanan secara gratis. Terungkap bahwa, laki-laki, lajang, dewasa, usia 30an tahun, dan berpakaian rapi akan berpeluang mendapatkan upgrade gratis dalam penerbangan.
Kesimpulan itu didasarkan dari hasil survei terhadap 700 awak kabin yang dilakukan situs pencarian perjalanan terkemuka Skyscanner. Survei mengungkapkan, hampir dua pertiga (61%) dari awak kabin pernah memberikan upgrade gratis kepada penumpang pesawat dan yang biasanya beruntung mendapatkan tempat duduk premium tersebut adalah para pria lajang.
Namun, apes bagi remaja perempuan yang melakukan penerbangan dalam kelompok karena awak kabin yang rata-rata perempuan tampaknya tak menyukai mereka dan jarang memberi layanan ekstra tersebut. Penumpang yang peluangnya paling kecil mendapatkan upgrade gratis adalah perempuan usia remaja dewasa , yang mengenakan pakaian terbuka dan melakukan perjalanan secara berkelompok.
Bagi mereka yang tak memenuhi persyaratan di atas, para awak kabin pesawat menjabarkan cara agar bisa meningkatkan kesempatan mereka untuk mendapatkan upgrade kelas gratis. Mereka yang memiliki sopan santun, yang setia bepergian dengan maskapai yang sama dan terbang sendirian berada di posisi yang memiliki kemungkinan mendapatkan upgrade ke kelas premium, jika tempat duduk itu tersedia.
Dalam polling terpisah kepada penumpang, Skyscanner menemukan bahwa para penumpang sangat ingin mendapatkan kursi kelas premium bahkan tiga perempat dari mereka bersedia berbohong demi mendapatkan upgrade tersebut. Lebih dari satu di antara sepuluh orang akan berpura-pura menjadi pasangan pengantin baru (14%), 6% akan pura-pura sakit atau terluka dan 7% akan meninggalkan pasangannya dan berpura-pura terbang sendirian untuk meningkatkan peluang mereka pindah ke kelas premium.
"Meskipun kenyataannya laki-laki lajang usia 30an berpeluang lebih besar mendapatkan upgrade gratis, namun, dengan sedikit keberuntungan, para penumpang lain juga memiliki peluang mendapatkan upgrade gratis dalam
penerbangan jika mereka menaruh usaha lebih dalam mendapatkan perhatian para awak kabin," kata Manajer Pengembangan Pasar Skyscanner Tika Larasati.
Berikut 10 cara untuk meningkatkan kesempatan Anda mendapat upgrade gratis dalam penerbangan:
1. Berprilaku ramah dan sopan.
82% awak kabin mengatakan hal tersebut akan membuat Anda berbeda dari penumpang lain.
2. Bergabunglah menjadi anggota program pelanggan setia sebuah maskapai penerbangan.
80% awak kabin mengatakan hal ini membantu memperbesar kesempatan Anda.
3. Bepergian Sendiri.
72% awak kabin lebih menyukai memberikan upgrade kursi gratis bagi mereka yang terbang sendirian.
4. Tunjukkan bahwa Anda sedang cedera
Mereka yang sakit atau cedera memiliki peluang besar mendapatkan kenaikan kelas kursi, demikan menurut 65% awak kabin.
5. Berpakaian Rapi
59% awak kabin memilih untuk memberi upgrade gratis pada penumpang yang berpakaian rapi.
6. Pastikan awak kabin tahu Anda sedang berbulan madu
58% awak kabin memilih untuk menaikkan kelas bagi para pengantin baru. .
7. Memiliki jaringan teman di lingkungan penerbangan
55% awak kabin mengakui mereka seringkali memberikan upgrade gratis pada teman atau keluarga.
8. Bepergian pada saat yang tidak ramai
Menurut 47% awak kabin, jika terdapat banyak tempat duduk yang masih tersedia di kelas premium, besar kemungkinan Anda mendapatkannya.
9. Tuturkan cerita sedih demi mendapatkan simpati
35% awak kabin mengaku hal tersebut bisa mempengaruhi keputusan mereka.
10. Tampilkan sisi terbaik Anda
31% awak kabin memilih untuk memberikan upgrade pada penumpang yang berpakaian rapi dan tampil menarik. (as)
"Tambah Darah" dalam Gim "Driving Simulator"

Pada Maret 2011, Direktur Utama PT Inovasi Teknologi Indonesia (ITI) Sukotjo S Bambang dipanggil menghadap staf Korlantas Polri bernama I Nyoman Suarti dan heru. "Bos, kasihan Pak Waka (Wakil Kepala Korps Lalu Lintas saat itu dijabat Brigjen Pol Didik Purnomo), Budi Susanto enggak pernah perhatikan Waka," kata staf Korlantas tersebut.
Sukotjo yang menjadi subkontraktor pekerjaan pengadaan simulator berkendara untuk ujian mendapatkan Surat Izin Mengemudi di Korlantas pada 2011 itu berlagak bodoh dengan bertanya apa maksud memperhatikan. "Ya berikan danalah, kaliber 50 atau kaliber 100," kata staf Korlantas.
Tiga hari kemudian, tepatnya hari Jumat, Sukotjo pun datang kembali sambil membawa oleh-oleh dari Bandung. "Sudah ada barangnya," kata Sukotjo.
"Kaliber berapa yang dibawa," tanya staf Korlantas. "Kaliber 50," kata Sukotjo. "Bagaimana kemasannya?" tanya staf Korlantas. "Biasa, oleh-oleh Bandung. Brownis," jawab Sukotjo.
Oleh-oleh brownis itu kemudian menurut Sukotjo dibawa oleh staf bernama Indra ke ruangan Pak Waka. Majelis Hakim yang diketuai Suhartoyo dalam sidang dengan terdakwa Irjen (Pol) Djoko Susilo pada Jumat (24/5) tampak terpana mendengar kisah Sukotjo.
"Apa maksudnya keliber 50 dan kaliber 100," tanya Suhartoyo. Sukotjo menjelaskan, itu maksudnya Rp 50 juta atau Rp 100 juta, uang kemudian disamarkan dalam bungkusan kue brownis, oleh-oleh khas Bandung, tempat PT ITI berada.
Sukotjo mengatakan, uang itu diberikan kepada Didik sebagai Wakil Korlantas untuk memuluskan komunikasi dirinya dengan Korlantas. Di ruangan Didik, Sukotjo kemudian menyerahkan oleh-oleh sambil melaporkan masalah simulator berkendara 2009 dan teknis soal simulator berkendara 2011. "Saya bertemu satu jam, setelah itu pulang," katanya.
Selain menggunakan sandi kaliber dan kue brownis, Sukotjo juga pernah dengan tangkas menangkap sandi permintaan uang dari Staf bagian Perencanaan dan Administrasi Korlantas Polri, AKP Ni Nyoman Suartini. Dalam penyiapan dokumen, Sukotjo memang sering bekerja dengan Nyoman.
"Udah capek Bos, malam Minggu nih, butuh tambah darah," kata Sukotjo, menirukan perkataan Nyoman. "Tambah darah" itu merupakan sandi untuk permintaan uang. Jika sudah begitu, Sukotjo akan memberikan uang dengan kisaran rata-rata Rp 10 juta.
"Apa dibagi ke temannya?" tanya hakim Martinus. "Saya tak tahu," jawab Sukotjo.
Aliran dana
Sukotjo pada 13 Januari 2011 juga mengaku pernah menyerahkan uang Rp 8 miliar ke Primkopol yang katanya untuk proyek TNKB. Uang itu atas permintaan Budi Susanto, Direktur PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (CMMA) yang menjadi mitra bisnisnya.
Di hari yang sama, ia juga menyerahkan dana Rp 2 miliar secara tunai untuk Djoko Susilo dan Rp 2 miliar untuk Budi Susanto. Untuk Djoko, uang diterima sekretaris pribadinya bernama Erna, sedangkan untuk Budi diterima langsung yang bersangkutan.
"Pada 14 Januari 2011, saya juga diminta tranfer ke Primkopol Rp 7 miliar," kata Sukotjo. Permintaan uang itu disampaikan Ketua Panitia Pengadaan Barang dan Jasa AKBP Tedy Rusmawan kepada Budi Susanto saat studi banding di Singapore Driving Safety Center. Menurut Sukotjo, Tedy bilang Djoko Susilo yang meminta uang itu.
"Saya ada di situ. Saya dengar permintaan uang itu, kemudian Budi Susanto minta saya transfer Rp 7 miliar, saat itu juga," kata Sukotjo. Akhirnya, Sukotjo menghubungi bendaharanya, Vivi, agar mentransfer Rp 7 miliar ke Primkopol.
Tanggal 17 Januari 2011, kembali Budi Susanto meminta Sukotjo mentransfer pegawainya Rp 1 miliar. Lalu, tanggal 26 Januari 2011 kembali diminta Budi mentransfer ke Suripto Rp 1 miliar dan ke Mulyadi Rp 3,5 miliar. "Budi bilang dia butuh uang untuk proyek," kata Sukotjo.
Tanggal 18 Februari, kembali Sukotjo diminta Budi transfer Rp 2 miliar ke Mulyadi. "Untuk proyek katanya, saya anggap itu untuk proyek simulator berkendara," kata Sukotjo.
Sukotjo kembali mendengar ada permintaan yang diatasnamakan untuk terdakwa Djoko pada 21 Februari. "Saya diminta Budi transfer Rp 4 miliar, Pak DS ada kebutuhan katanya," kata Sukotjo.
Uang itu kemudian diantar tunai ke Budi Susanto. Tanggal 25 Februari 2011 masih ada juga permintaan dari Budi Rp 1 miliar yang ditransfer ke Mulyadi.
Sukotjo juga memberikan uang tips untuk Irwasum pada 8 Maret 2011 senilai Rp 150 juta. "Itu untuk preaudit simulator berkendara roda empat karena dananya melebihi Rp 100 miliar, maka dilakukan preaudit dari Mabes Polri," kata Sukotjo.
Dana itu dibagikan ke anggota tim untuk memuluskan proses agar tim bisa menyetujui dengan pemenangnya PT CCMA. "Tunai diserahkan ke Kompol Endah. Tak ada tanda terima," kata Sukotjo.
Keesokan harinya tanggal 9 Maret 2011, di pabrik Budi Susanto, Budi meminta Rp 50 juta untuk diberikan kepada Wakil Ketua Tim I Gusti Ketut Gunawa. "Dia masih di tempat itu. Dana itu untuk memuluskan PT CCMA sebagai pemenang," kata Sukotjo.
Beberapa hari kemudian, 14 Maret 2011, Budi minta Rp 500 juta. "Menurut Budi dan Tedy akan diberikan ke Ketua Tim Irwasum Pak Wahyu. Saya berikan Rp 500 miliar dengan azas percaya. Apa disampaikan atau tidak, saya tak tahu," kata Sukotjo.
Pada hari yang sama, Budi dan Tedy minta lagi Rp 1 milar supaya proyek lancar. "Uang itu akan diberikan kepada Ketua Irwasum, Pak Fajar," kata Sukotjo.
Di luar itu, masih ada uang kecil yang diberikan kepada Tim Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) saat melakukan pemeriksaan ke pabrik PT ITI di Bandung. "Mereka sekitar 5 sampai 7 orang, rata-rata saya beri Rp 2,5 juta sampai Rp 15 juta tergantung pangkat," kata Sukotjo.
Uang terakhir yang dibagi-bagi Sukotjo adalah pada Juli 2011, tiga hari sebelum perusahaan Sukotjo "dirampas" yang menurut Sukotjo dilakukan anak buah Djoko Susilo dan Budi Susanto. "Tim Wasdal untuk simulator berkendara roda empat datang untuk memeriksa persiapan produksi," kata Sukotjo.
Jauh sebelum itu, Oktober 2010, ketika proyek masih direncanakan, Sukotjo juga sudah memberikan uang Rp 50 juta kepada staf bernama Darsian, bagian keuangan Mabes Polri. Tujuannya untuk mengetahui dana yang akan dialokasikan ke Korlantas untuk proyek simulator berkendara.
"Cari contekan dulu," kata Sukotjo. Maka, tak ada celah yang tak tertambali "tambah darah" oleh Sukotjo, hanya untuk memastikan proyek tersebut pasti di tangan. Akhirnya, lelang yang telah dirancang strateginya dilakukan mulai Januari 2011.
Dalam menyiapkan lelang pun, "tambah darah" terus disuntikkan untuk mencari perusahaan-perusahaan pendamping. Sukotjo mdemberi Rp 70 juta kepada Jumadi yang dimintai bantuan menyiapkan perusahaan-perusahaan pendamping.
Namun, semua tambah darah yang lebih dari Rp 32 miliar itu berakhir tragis. Proyek tak bisa diselesaikan, perusahaan Sukotjo "dirampas", dan para pelakunya kini diseret ke Pengadilan Tipikor Jakarta.
Gim bernama "Driving Simulator" yang diharapkan bisa dimainkan indah itu harus berakhir menyakitkan bagi semua pihak. Belum jelas betul penyebabnya karena salah satu saksi kunci, Budi Susanto, belum memenuhi panggilan KPK untuk dimintai keterangan di persidangan. Kita tunggu kedatangan Budi Susanto. (Amir Sodikin)